Masa remaja dimulai pada saat anak
secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara
hukum. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat. Masa remaja juga dicirikan sebagai periode
yang penting, sebuah masa peralihan, masa mencari jati diri, usia-usia yang
menimbulkan ketakutan, dan masa yang tidak realistik.
Pada
masa remaja merupakan puncak emosionalitas. Akibat perubahan fisik dan hormonal
adalah perubahan dalam aspek emosionalitas. Perubahan hormonal menimbulkan
dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan baru. Keseimbangan hormonal yang baru
menyebabkan remaja merasakan hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya
seperti perasaan cinta, rindu dan ingin berkenalan lebih intim dengan lawan
jenis. Untuk mencapai kematangan emosional adalah sangat sulit bagi remaja.
Pencapaian kematangan emosional dipengaruhi oleh lingkungannya, terutama lingkungan
keluarga dan teman sebaya. Dan remaja juga harus belajar memperoleh gambaran
tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional.
Masa
remaja juga sering disebut sebagai masa “badai dan tekanan” suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi akibat dari perubahan fisik dan hormonal. Misalnya
masalah yang berhubungan dengan percintaan, bila masalah percintaan berjalan
dengan lancar maka remaja akan merasa bahagia tetapi sebaliknya, bila masalah
percintaan ini kurang lancar maka remaja akan merasa sedih atau galau. Tetapi,
“badai dan tekanan” ini akan berakhir menjelang berakhirya masa remaja. jika
remaja ingin mencapai kematangan emosi, ia harus pandai dalam menyalurkan
emosinya kearah yang positif.
Cara
mengatasi perubahan emosi pada masa remaja adalah dengan cara misalnya dengan
mengikuti ekstrakulikuler teater, karena dengan mengikuti kegiatan teater,
remaja dapat mengekspresikan dirinya melalui hal yang positif. Dapat pula
mengikuti kegiatan bela diri, karena remaja memiliki emosi yang meluap-luap
maka apabila ikut kegiatan bela diri si “emosi” tersebut dapat tersalurkan
dengan gerakkan-gerakkan bela diri tersebut. Atau mungkin juga dapat mengikuti
kegiatan jurnalistik, remaja dapat menuangkan emosinya melalui tulisan. Dengan
cara-cara tersebut emosi remaja dapat tersalurkan dengan baik dan tentunya
tidak merugikan orang lain bahkan malah dari emosi yang tersalurkan tersebut
dapat menghasilkan prestasi yang baik.
Sebagai
calon guru BK, apabila kita menangani kasus siswa yang emosinya sangat meluap-luap,
kita dapat melihat bakat yang ada pada siswa tersebut lalu kita sarankan untuk
mengikuti ekstrakulikuler sesuai dengan bakat nya agar emosi yang siswa punya
dapat tersalurkan dengan baik dan tidak berdampak negatif bagi dirinya maupun
sekitar.
Referensi :
Agustiani, Hendriati. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika ADITAMA.
Hurlock,
EB. 1980. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar