Dalam sebuah keluarga, unsur komunikasi adalah hal paling mendasar
dan penting. Jika, dalam keluarga komunikasinya ga jalan dengan baik maka, akan
sulit menjadi keluarga yang harmonis. Bagaimana tidak, orangtua ingin
menerapkan nilai-nilai keagamaan pada anak-anaknya jika komunikasi antar mereka
tidak terjalin? Bisa ga tuh kira-kira? Saya yakin ga bisa. Terlebih di zaman
yang serba modern ini, yang serba emansipasi wanita, yang serba canggih begini,
semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing, sudah susah menjalin
komunikasi dengan individu lainnya. Dalam sebuah keluarga sekarang bukan hanya
ayah saja yang bekerja, tapi ibu juga bekerja. Kerjanya ga tanggung-tanggung
selalu sampai larut malam. Kebayang ya komunikasi sama anaknya sesepi apa?
Duhhhh. Atau adapula ayahnya yang bekerja sampai larut malam untuk mencari
nafkah dan tidak menjalin kelekatan dengan anaknya meskipun ibunya tidak
bekerja. Kalo udah gini, anak pasti dapat pola asuh yang keliru. Ada beberapa
tips meningkatkan komunikasi dalam keluarga, yaitu :
~ Mari tinggalkan kekeliruan yang
kemarin (yang sudah terlanjur terjadi) dan mau berubah. Pola asuh yang salah
dan sudah terlanjur ‘ditelan’ anak harus ditinggalkan, dijadikan pembelajaran
kedepannya dan diniatkan untuk mau merubah pola asuh kearah yang lebih baik.
Intinya, dikonsep ulang pola asuhnya sesuai diri anak masing-masing.
~Ibu dan Ayah saling bekerjasama.
Waktu buat anaknya aja bareng-bareng, masa udah ada anaknya ga diurus
bareng-bareng?. Perlu diingat, tugas seorang ayah bukan sekedar cari nafkah
diluar rumah! Tapi juga mengurus atau mendidik anaknya. Karena, didikan seorang
ibu dengan didikan seorang ayah itu berbeda. Dan anak perlu keduanya. Mari
saling bekerjasama, agar tercipta keluarga yang sakinah mawaddah dan rohmah
serta menciptakan generasi penerus yang berkualitas.
~Baca bahasa tubuh anak dan tebak perasaannya. Jangan jadi orangtua
yang tidak peka sama bahasa tubuh dan perasaan si anak. Karena tidak selamanya
anak mau mengungkapkan dengan kata-kata apa yang ia rasakan saat ini. Contohnya
pola asuh yang salah:
Ketika anak
pulang sekolah, ia langsung melempar sepatu, tas, seragam, lalu masuk kamar
dengan wajah yang kesal, cemberut lalu menutup pintu dengan menggebraknya.
Ibunya langsung merepet ngotjeh “ADUHHH KAMU GAK BISA YA NARO BARANG-BARANG
DITEMPATNYA, BARU SAJA IBU SELESAI BERESKAN RUMAH!!!” terus si ibu gedor pintu
kamar anaknya “HEY!!! GA DENGAR IBU NGOMONG HAH?!”. Coba menurut kalian gimana
tuh perasaan si anak? Nambah bikin rued ga sih ya?. si ibu ini ga bisa baca
bahasa tubuh dan tebak perasaan anaknya.
Contoh yang
bener:
Ketika anak
pulang sekolah, ia langsung melempar sepatu, tas, seragam, lalu masuk kamar
dengan wajah yang kesal, cemberut lalu menutup pintu dengan menggebraknya.
Ibunya cuma diem tapi sambil mengamati bahasa tubuh si anak. Ibu membiarkan
emosinya anak reda dulu sekitar 5 menit. Lalu ketuk pintunya, izin baik-baik
boleh masuk atau ga. Nanti pasti dibukain pintu. Terus duduk disampingnya
sambil sentuh terus bilang “adek lagi kesel ya?”. (umpamanya kita bikin saluran
got buat dia mengalirkan emosinya). “Iya bu, PR adek ketinggalan:(“. Ibunya
kasih respon yang seolah-olah ibu berpihak sama anaknya “yaAllah ketinggalan PR
ya dek, berarti adek ketakutan banget ya, takut disetrap sama pak guru.” Dengan
gitu, si anak merasa ada yang ngerti sama perasaan dia. “iya bu:(“. Abis itu,
si ibu tebak perasaan si anak atau tanya “terus perasaan adek gimana?”. Nanti
si anak jawab “malu bu, pas adek disetrap teman adek yang lain pada ketawain adek:(,
terus bu, adek kesel uang jajan adek hilang jadi adek ga jajan:(“. Setelah
denger ceritanya, emosi si adek udah masuk di ‘saluran got’ yang udah kita buat
tadi maka, ibu kasih pelukan terus bilang “ohh.... oke. Sekarang kita makan
dulu ya.” ingat ya jangan langsung kasih nasehat, jangan!. Kasih nasehatnya
waktu sore harinya atau malam harinya. Jangan pada saat itu.
~Hindari penggunaan 12 gaya populer
saat mengasuh anak.
12 gaya populer
itu apa aja sih? Memerintah, menyalahkan, merendahkan, mencap, membandingkan,
mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, menyindir, menganalisa,
mengkritik. *selengkapnya bisa di baca pada artikel di blog saya dengan judul
“12 gaya populer pola asuh orangtua*
Kesimpulannya,
kalo komunikasi sudah terjalin dengan baik antara orangtua dan anak maka ketika
si anak ada masalah atau emosinya sedang naik kita orangtua akan lebih mudah
untuk mengorek masalahnya, menenangkan perasaanya, menebak perasaan dan membaca
bahasa tubuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar