Selasa, 06 Februari 2018

Anak Tantrum, Perlukah Merukiyah?

Ada pengalaman dari orangtua baru, mereka memiliki 2 anak. Anak pertama sebut saja aa berumur 2,5 tahun dan anak kedua sebut saja namanya ss berumur 1,5 tahun. Si aa ini emang hobinya ‘ngamuk’ kalo ga diturutin pasti ngambek, ngambeknya ini subhanaAllah parah banget bisa sampe teriak-teriak sepanjang hari ga berenti, terus ditambah mukul-mukul atau gigit orang dan lempar barang. Kelihatan sekali orangtuanya tidak punya cara untuk mengatasi tantrum anak ini. Seringkali orangtua kalah dengan tantrum anak, yang berujung mengabulkan permintaan anak tersebut. ya kalo udah gini sih repot ya. Kemarin, saya menyempatkan bermain dengan 2 anak ini. Awalnya sih masih ok ya moodnya buat main. Tapi, lama-lama si aa ini naik-naik jendela rumah kemudian bergelayutan disana yang tangannya hanya berpegangan pada tralis jendela (kebayang ya, gelayutan macam onyet gitu) dibawah jendela tersebut tidak ada alas apapun kecuali lantai (posisinya kita main di teras rumah). Ayahnya melarang si aa biar ga naik-naik jendela bahaya nanti jatuh. Tapi, subhanaAllah si aa ini lebih galak dari ayahnya, dia langsung teriak-teriak parah berisik. Terus si ayahnya reflek nurunin si aa kan dari jendela. Buset dahh itu si aa langsung guling-guling di lantai teriak-teriak lempar-lempar sendal. Terus ayahnya kasih nasehat blablabla. Tapi ga mempan, malah ayahnya kena gigitan si aa ini. Terus ayahnya keluarkan jurus terbaik yaitu dengan pura-purang menyentil anaknya dengan jari (posisi jarinya udah ancang-ancang). Saya, sama ibu saya udah ga tau mau ngapain kalo kata ibu sih ini anak kudu dirukiyah wkwk. Terus tiba-tiba ibunya si aa keluar (btw ibunya lagi istirahat karena sedang sakit, tangannya bengkak parah) langsung meluk si aa ini dan gendong dia sambil ngomong apa gitu ya ga kedengeran sama saya karena kalah sama teriakan si aa ini. Ujungnya memang si aa ini bisa tenang, tapi tapi tapi, ia jadi marah sama ayahnya gamau bicara sama ayahnya. Dan perilaku ini kadang suka dicontoh sama adeknya. Rempong ya cyn:(
            Saya ambil materi ini dari youtube dengan narasumber ibu Elly Rusman (Psikolog Anak). Sebelumnya saya akan menjelaskan tentang tantrum terlebih dahulu. Tantrum adalah fase ketika anak Anda mengalami kemarahan luar biasa dengan karakteristik frustasi, dilanjutkan dengan menangis, berteriak, dan pergerakan badan yang berlebihan, termasuk melempar barang, menjatuhkan diri ke lantai, dan lain-lain. Ketika anak tantrum, para orangtua suka sengaja atau tidak sengaja malah mengimi-imingi anak dengan hal lain, misal “jangan nangis, nanti umi belikan mainan.” Ini bahaya ya, karena nanti si anak bakal keterusan kalo kemauannya dia ga diturutin maka kuncinya tantrum aja nanti juga dibeliin, simple kan. Anak akan tantrum karena mengharapkan janji yang orangtua buat. Mengasuh anak udah pasti membentuk kebiasaan anak. Ketika anak tantrum maka orangtua harus mententramkan anak, tidak selamanya apa yang anak inginkan itu bisa didapatkan. Kemudian bentuk kebiasaan pada anak artinya orangtua beri pengertian. Orangtua harus sabar dan mampu mengendalikan situasi. Mengendalikan situasi ini artinya jangan mau kalah sama anak. Kalo kita kasih menang si tantrum anak pada usia 2,5 tahun ini, gimana kalo usianya udah 8,9,10 tahun bakal kalah kita sama anak. Apabila tantrumnya parah sekali hal yang harus dilakukan Abi atau Umi adalah peluk si anak dengan erat jangan mau kalah tapi jangan naikan suara kita. “Abi atau Umi sayang sama aa. Aa ga booleh gitu, aa melukai diri sendiri, (pake nada yang lembut ya jangan ikutan emosi juga) ok yuk kita main ini (pengalihan).” Pelukan dan kata-kata lembut yang dikeluarkan sangat berpengaruh pada anak. Nah kalo emosi anaknya udah stabil udah tenang, baru deh orangtua kasih penjelasan, jangan malah menjelaskan pada saat anak sedang emosi itu gaakan mempan malah akan membuat si anak semakin marah.
            Tips kalo menghadapi tantrum anak. Yang pertama, tarik napas 3x tenangkan diri, istighfar. Lalu baca bahasa tubuh dan tebak perasaan si anak, dengan menebak perasaan si anak maka anak akan merasa bahwa dirinya dimengerti, merasa dirterima. Kemudian, bertanya pada anak. “kenapa mau eskrim? Lupa ya, kan Umi udah bilang kalo pilek ga minum eskrim”. Nanti anak akan merengek “tapi kan enak umi”. Uminya jawab dengan tegas tapi lembut “iya emang enak ya, kalo bisa umi beliin satu truck tau, tapi lagi pilek, makan buah saja ya lebih segar (buat pengalihan).” Kalo anaknya malah nendang-nendang atau pukul-pukul, umi atau abinya harus peluk si anak yang kencang meski dia mengelak ingin lepas, kita jangan lepas kudu paksa peluk terus bilang “Abi gak suka aa pukul-pukul (Dengan nada yang lembut ya). Nah jika, emosi anak sudah tenang, baru deh umi atau abi kasih penjelasan. Yang paling penting juga jangan pernah main tangan. Dan orangtua jangan mau kalah sama anak, artinya kendali harus ditangan orangtua.


   Semoga bermanfaat ya:) saya paham praktik tidak segampang memahami teori, tapi apasalahnya kita cari ilmu ya yang banyak *cieelah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar