Sabtu, 10 Februari 2018

Bagaimana Mengatasi Sifat Keras dan Gengsi Pada Anak?

Kadang muncul sikap keras kepala dan gengsi pada sebgaian anak, baik pada anak yang belum baligh maupu ynag sudah. Jika dimarahi karena kesalahannya, ia membandel bahkan sering merasa tidak bersalah. Semakin dimarahi malah semakin nantangin, semakin pasang badan. Terlebih anak pada zaman sekarang ini, yang cenderung dewasa sebelum waktunya karena mengkonsumsi informasi yang tidak semestinya mellaui internet, bukan karena sikapnya yang lebih dewasa tetapi karena pengetahuan yang tidak seharusnya sudah terserap. HP ataupun sejenisnya sudah menjadi meainan wajib bagi anak.
Lalu, apakah para orangtua harus membiarkan dengan dalih kasih-sayang? Tentu tidak, ketegasan tetap sanagt diperlukan supaya arah dan perkembangan anak-anak menjadi mapan, kalo kata bahasa BK mah anak dapat mencapai perkembangan yang optimal. Tsaaaah hehe. Tetapi apakah ketegasan berarti harus dengan kekerasan? Tidak. Kekrasan bukanlah solusi terbaik, bahkan kekrasan justru akan bahnyak menimbulkan perosalan baru, diantaranya dampak hubungan yang tidak sehat antara orangtua dan anak, lalu sikap anakpun akan keras kepada orang disekitarnya karena ia mencontoh apa yang orangtuanya lakukan. Jika sudah demikian, maka rencana pendidikan akan lebih sulit dilaksanakan.
Cara paling jitu dan harus diutamakan adalah mendidik dengan cara lemah lembut. Itulah cara yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Bahkan Beliau mengajarkan umatnya  untuk berlemah lembut kepada siapa saja. Sesuai pada sebuah hadits riwayat Muslim yang artinya :”Sesungguhnya, tidaklah kelemahlembutan itu menyatu dengan sesuatu kecuali menjadikan sesuatu itu menjadi indah, dan tidaklah kelemahlembutan itu tercabut dari sesuatu kecuali akan menjadikan sesuatu itu menjadi jelek.” Hadits tersebut menjelaskan bahwa sifat lemah lembut menyatu dengan seseorang, menyatu dengan tutur kata, tindakan dan perangainya, maka ia akan menjadi orang yang baik, indah dan menarik. Sebaliknya jika seseorang kehilangan lemah lembutnya maka, setampan dan secantik apapun ia akan emnjadi amat buruk dan tidak simpatik.

Akan tetapi, sikap kelemah lembutan ini bukan berarti tidak tegas. Tegas idak berarti kera dan kasar. Jika kepada orang lain, seorang muslim harus lemah lembut maka mengapa kepada anak sendiri malah bersikap keras dan kasar? Dengan kelemah lembutan seseorang akan mendapat kebaikan pahala dari Allah SWT dan kebaikan-kebaikan lainnnya yang banyak. Karena itulah, seharusnya para orangtua berusaha berkomitmen untutk bersikap lemah lembut dalam mendidik anaknya, namun tidak kehilangan ketegasan yang benar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar