Minggu, 17 Juni 2018

TERJUN TANPA PARASUT


Siapa yang berani terjun tanpa parasut? Mungkin hanya orang bodoh yang melakukan itu. Apasih maksud dari terjun tanpa parasut? Menjadi orangtua itu adalah pekerjaan seumur hidup yang kita tidak dapat resign dari sana berbeda dengan pekerjaan pada umumnya yang dapat resign kapan saja. Coba deh kalo kita mau jadi guru saja kita kudu belajar kan? kalo mau jadi arsitek juga kudu belajar kan? begitupun dengan pekerjaan lainnya, kita kudu menempuh pendidikan dulu baru bisa kerja dengan maksimal. Lalu bagaimana dengan peran menjadi orang tau? Kita harus menyiapkan apa sih? Orangtua harus berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi orangtua yang menyenangkan, orangtua yang dapat membentuk kepribadian anak yang positif. Meskipun sejatinya sekolah untuk menjadi orangtua itu tidak ada namun, bekal ilmu untuk menjadi orangtua dapat dipersiapkan sedari sekarang.
Kenapa sih kok gembar-gembor parenting mulu sok banyak ilmu deh
“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?” (Hadits diriwayatkan oleh Al-Imam Malik t dalam Al-Muwaththa` (no. 507); Al-Imam Ahmad t dalam Musnad-nya (no. 8739); Al-Imam Al-Bukhari t dalam Kitabul Jana`iz (no. 1358, 1359, 1385), Kitabut Tafsir (no. 4775), Kitabul Qadar (no. 6599); Al-Imam Muslim t dalam Kitabul Qadar (no. 2658).
Seorang anak yang menjadikan dirinya islam atau yahudi adalah lingkungannya (orangtua). Begitupun dengan pola asuh yang dipakai oleh orangtuanya kepada si anak akan membentuk sikap atau perilaku dia kedepannya. Orangtua punya peran penting dalam diri anak. Sudah cukup rasanya banyak anak yang dididik dengan didikan yang salah yang hanya asal didik yang memakai pola asuh jaman jadul, cukup jangan ada lagi. Bukan kenapa-kenapa ya cuma nantinya kasian sama si anaknya bakal susah kedepannya kalo dia dapat pola asuh yang salah, iya kalo si anak ini dapat membenahi ‘sesuatu’ yang salah dalam dirinya, kalo ngga? Waduuu bahaya cynnn.
Paham ga? Nih contohnya ya. Foo ini anak dari orangtua yang menerapkan pola asuh yang keras sampe sering pake senjata pukulan, disiplin, ngekang, sama bentakan. Coba deh tebak, si Foo ini bakal jadi anak kek apa kedepannya? Foo ini bakal jadi anak yang ga percaya diri, penakut, kalo ngobrol sama teman nadanya juga tinggi karena setiap hari dia nerima omongan-omongan dengan nada yang tinggi dari orangtuanya. Kasian ga sih si Foo ini? Otomatis dia jadi sulit kan untuk menjalani kehidupan ini *cieelah* mau nyoba hal yang baru aja dia takut, mau ketemu orang aja dia takut, mau ngobrol sama orang baru aja dia ga percaya diri. Dan si Foo ini akan punya keterampilan sosial yang buruk, ga bisa bersosialisasi. Separah itu emang efek pola asuh ke anak tuh. Sedih gasih, yakali nanti generasi mudanya punya sikap atau kepribadian yang negitif, mau jadi apa?
Satu contoh lagi nih ya, kalo orang tua tidak belajar parenting sedari dini atau bahkan tidak sadar bahwa parenting itu penting begete. Kemungkinan besar nanti orang tua tsb bakal menerapkan pola asuh yang ia terima ketika ia menjadi anak. Jadi pola asuhnya turun temurun gitu loh pola asuh jadul diterapin ke zaman modern ini. Kira-kira nyambung ga sih? Nilai sendiri deh ya
Maka dari itu, kuyy temen-temen semua mumpung masih muda hayu cari ilmunya cari bekalnya biar nanti bisa mencetak generasi yang berkualitas tentunya yang berbasis Islam biar kewren gicu. Moon maap nih ya, bukan mau menggurui cuma pengen mengajak aja bareng-bareng belajar. “halah yang belajar aja belum tentu bisa nerapin ilmunya nanti” iya benar sekali menerapkan teori pada praktek itu emang ga gampang tapi setidaknya kita ada usaha untuk cari bekal jadi orangtua yang ketjeh lahir dan batin hehe.
HAPPY PARENTING:)))))  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar